Dalam beberapa minggu pertama kehidupannya, makan menjadi salah satu aktivitas utama si kecil selain tidur. Meskipun dari luar Ibu hanya melihat sedikit perubahan secara fisik,  namun saat ini sedang terjadi perkembangan luar biasa yang terjadi dalam diri si kecil. Semua nutrisi yang telah ibu sediakan untuknya menjadi bahan dasar yang mendukung perkembangan otaknya yang luar biasa.

Dalam satu bulan pertama kehidupannya, jumlah koneksi antar 100 miliar sel otak yang dimiliki si kecil meningkat hingga 20 kali! Periode berlangsungnya koneksi antar sel yang sangat pesat ini – yang akan berakhir hingga si kecil berusia 8 tahun – sering dikenal dengan sebutan periode emas pertumbuhan. Ketika lahir, ukuran otak si kecil mencapai seperempat ukuran otaknya saat dewasa nanti, pada usia tiga tahun otak akan berkembang hingga 80 persen ukuran orang dewasa, karena itulah periode pertumbuhan di masa-masa ini sangat penting.

Sejak lama, para peneliti mengerti bahwa nutrisi yang tepat amatlah penting untuk periode ini, kekurangan nutrisi di masa tersebut dapat menimbulkan dampak yang berjangka panjang. Hal baiknya adalah, apabila Ibu menjalani pola makan yang sehat, maka Air Susu Ibu (ASI) saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Tapi saat ibu memberikan susu formula untuk si kecil (atas saran dokter), susu formula yang diperkaya dengan nutrisi penting seperti yang terkandung pada ASI merupakan alternatif terbaik untuk mendukung perkembangan di semua area yang penting.

Jika si kecil lahir sangat prematur dan berat badannya sangat rendah maka ibu dapat memberikan suplementasi ASI bagi si kecil (sesuai saran dokter) yang berfungsi meningkatkan kadar protein, kalsium, fosfor, dan nutrisi lain pada ASI untuk membantu mengejar pertumbuhan bayi sangat prematur.

Perkembangan Kognitif

Menuju akhir masa kehamilan dan minggu-minggu pertama pasca melahirkan, bagian hippocampus pada otak si kecil (bagian otak yang berfungsi untuk proses belajar dan memori/daya ingat) berkembang pesat, sama halnya dengan hubungan antar sel otak yang mendukung jaringan otak berfungsi dengan maksimal. Layaknya perangkat lunak komputer yang rumit, maka semakin kuat koneksi sel otak, semakin baik pula kemampuan si kecil dalam merespon stimulasi serta mengolah perasaan dan pikiran.

Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa nutrisi yang penting untuk periode ini: protein, besi, seng, selenium, yodium, asam folat, vitamin A, kolin, dan rantai panjang asam lemak tak jenuh ganda (seperti DHA dan ARA). Asupan nutrisi yang tidak memadai dapat membatasi perkembangan hippocampus dan komunikasi antar sel otak dalam jangka waktu yang panjang.

Lemak sehat memainkan peranan krusial dalam produksi myelin (zat pelindung pelapis sel otak) yang memungkinkan terjadinya pertukaran sinyal antar sel otak dengan cepat. Lemak juga penting untuk perkembangan penglihatan, terbukti dengan adanya penelitian yang menemukan korelasi antara kadar DHA dan ARA dengan ketajaman visual. Dalam satu studi, bayi dengan kadar DHA dan ARA yang tinggi di dalam darahnya memiliki persepsi visual yang secara signifikan lebih baik pada saat 2 bulan dibandingkan dengan kadar yang rendah.

DHA ditemukan secara alami dalam ASI. Ibu menyusui dapat memenuhi kebutuhan DHA dengan mengonsumsi ikan air dingin berlemak, seperti salmon, tuna sirip biru, dan kod hitam. Selain itu, susu formula juga sudah diperkaya dengan DHA dengan kadar yang direkomendasikan.

Zat besi juga merupakan  nutrisi penting pada usia ini, dimana zat besi berfungsi untuk menyediakan sel darah merah bagi tubuh, yang berfungsi membawa okisgen ke otak sebagai bahan untuk perkembangan otak. Meskipun kadar zat besi pada ASI dalam jumlah kecil, apabila Ibu tidak kekurangan zat besi saat hamil, bayi Ibu telah menyimpan persedian zat besi yang cukup selama trimester akhir, yang akan bermanfaat untuk enam bulan pertama kehidupannya.

Perkembangan Motorik

Pada minggu-minggu pertama, si kecil menghabiskan waktunya untuk tidur hingga 16 jam setiap hari. Namun, ia tetap membutuhkan energi untuk periode pendek di saat ia terjaga dan berinteraksi dengan dunia di sekelilingnya. Untuk itu, berikan si kecil energi dengan konsumsi karbohidrat (seperti laktosa), lemak sehat, dan nutrisi lainnya yang ada pada ASI atau susu formula. Selain itu, protein juga dapat memberikan energi, sekaligus membantu membangun, merawat, dan memperbaiki jaringan di seluruh tubuh si kecil; mulai dari bagian hati, jantung, hingga kulit yang lembut, sehingga tercipta perkembangan motorik yang sehat.

Pertumbuhan tulang yang kuat juga penting untuk perkembangan motorik si kecil. Vitamin D berfungsi untuk mendukung pertumbuhan tulang, yang bisa didapatkan dari ASI atau susu formula (yang pemberiannya atas saran dokter) yang sudah diperkaya dengan Vitamin D.

Perkembangan Komunikasi

Ibu kini sudah mengetahui bahwa tangisan merupakan cara utama si kecil untuk berkomunikasi. Bahkan, mungkin Ibu mulai mampu membedakan tangisannya di kala lapar atau kelelahan. Respon yang Ibu berikan terhadap hal-hal tersebut membuat si kecil yakin bahwa Ibu memahaminya, sehingga si kecil pun makin bersemangat untuk berinteraksi lebih lanjut. Cobalah untuk mengajaknya berbicara atau bersenandung di saat Ibu memberinya makan, agar kemampuan berbahasanya pun ikut berkembang.

Para peneliti menemukan bahwa hanya sedikit perbedaan yang ditunjukkan pada tangisan si kecil yang baru lahir yang mencerminkan aksen dan nada suara sang ibu. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun si kecil belum mampu untuk berbicara, namun penguasaan bahasanya sudah berjalan dengan baik pada usia ini. Dengan memberikannya nutrisi memadai untuk perkembangan otak yang optimal, berarti Ibu telah mempersiapkannya untuk momen dimana kemampuan berbahasanya meningkat pesat dan nanti ia memanggil kata ‘mama!’ untuk pertama kalinya.

Perkembangan Sosial

Ibu akan melihat hasil perkembangan koneksi sel otak pada si kecil saat ia secara bertahap mulai melakukan lebih banyak kontak mata dan memperhatikan ibu dengan seksama kala ia terjaga. Saat ini, ibu akan mendapati si kecil mulai meniru gerak-gerik ibu, misalnya menjulurkan lidah ketika ibu melakukannya. Tapi, tidak hanya si kecil yang belajar, ibu pun belajar banyak hal baru. Sementara si kecil beradaptasi untuk terbiasa menyusui, ibu pun juga belajar untuk memahami perilakunya saat ia lapar, atau bagaimana cara memuaskan kebutuhannya. Ketika ibu mengerti kebutuhannya dan si kecil mempercayakan dirinya pada ibu maka dasar ikatan emosional antara ibu dan si kecil pun mulai terjalin dengan kuat.