Mengetahui kebiasaan balita buang air besar merupakan salah satu langkah menjaga kesehatan anak. Ya, kesehatan anak tidak hanya sekadar tumbuh kembang yang optimal, tetapi juga kesehatan sistem pencernaannya. Kesehatan sistem pencernaan yang baik juga mampu mencegah sembelit, menjaga kondisi usus tetap baik, dan otot-otot sfingter bekerja dengan baik. Yuk, cari tahu frekuensi BAB yang normal dan tidak wajar di sini.

Frekuensi balita buang air besar yang wajar

Mengutip dari studi berjudul Normal Bowel Pattern in Children and Dietary and Other Precipitating Factors in Functional Constipation, anak-anak umumnya BAB sebanyak tiga kali sehari atau dua hari sekali. Masih dari studi yang sama, ada juga peneliti yang menyimpulkan bahwa 96% balita usia 1-4 tahun buang air besar sebanyak tiga kali sehari atau satu kali setiap harinya. Sementara itu, bayi di bawah 1 tahun dapat BAB sebanyak satu sampai tiga kali sehari.

Frekuensi BAB memang tidak selalu sama di setiap anak. Jika anak dalam kondisi sehat lebih sering BAB sekali dalam tiga hari, tanpa merasa sakit saat BAB, itu bisa saja merupakan pola BAB yang normal pada bayi. Namun, hal yang perlu diperhatikan orangtua adalah ketika anak BAB lebih sering atau jarang daripada frekuensi normal BAB bagi Si Kecil.

Tanda-tanda frekuensi BAB berubah tidak normal

Bu, frekuensi BAB yang tidak seperti biasanya dapat menjadi pertanda gangguan di sistem pencernaan Si Kecil. Ada dua masalah sistem pencernaan yang umum terjadi, yaitu sembelit (konstipasi) dan diare. Ibu dapat memantau tanda-tandanya jika si Kecil mengalami gangguan pencernaan dari frekuensi BAB-nya.

Balita buang air besar dua kali atau kurang dalam seminggu

Anak yang hanya BAB sebanyak dua kali atau kurang dalam seminggu, yang terjadi selama satu bulan, mungkin saja mengalami sembelit fungsional. Selain itu, kriteria diagnosis sembelit lainnya meliputi:

  • Tidak bisa menahan BAB atau BAB di celana setidaknya sekali per minggu
  • Kerap menahan BAB
  • Merasa sakit ketika BAB

Pemicunya adalah pola makan rendah serat, menahan BAB, stres, atau efek samping obat.

Si Kecil BAB lebih sering dari biasanya

Balita atau anak lebih sering buang air besar? Itu bisa menjadi tanda anak mengalami diare. Dikutip dari laman seattlechildrens menyatakan bahwa diare sendiri merupakan penyakit dengan gejala mencret alias tekstur feses lebih lembek, berair, dengan frekuensi BAB mencapai 3 kali atau lebih setiap harinya. Penyebabnya meliputi infeksi virus, bakteri, serta alergi dan intoleransi terhadap makanan tertentu.

Diare juga dapat memicu dehidrasi (kekurangan cairan) pada anak, dengan tanda-tanda berikut:

  • Jarang buang air kecil
  • Warna air seni gelap
  • Mulut dan lidah kering
  • Mata atau pipi terlihat cekung
  • Tidak ada air mata ketika menangis

Cara agar frekuensi balita buang air besar tetap normal

Perubahan pada seringnya anak BAB dapat menjadi tanda-tanda masalah di sistem pencernaan. Walaupun terkesan sepele, sembelit dan diare tidak boleh dibiarkan begitu saja.

Sembelit bisa membuat nafsu makan anak menurun, cepat kenyang, hingga risiko penumpukan tinja di usus. Sementara diare dapat menyebabkan dehidrasi yang dapat membahayakan Si Kecil jika dibiarkan. Oleh sebab itu, ada beberapa cara yang dapat Ibu lakukan supaya frekuensi BAB Si Kecil tetap berjalan normal.

Untuk mencegah diare, makanan atau minuman yang dikonsumsi wajib tidak terkontaminasi dan bersih. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan balita makan. Ajarkan balita praktik cuci tangan yang baik juga jika ia sudah bisa atau sedang belajar makan sendiri. Apabila mengonsumsi daging unggas, pastikan sudah matang supaya diare tidak mengganggu frekuensi balita buang air besar.

Lantas, bagaimana dengan cara mencegah sembelit pada balita? Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:

  • Mendorong anak untuk minum banyak air putih agar makanan yang dicerna bergerak dengan mudah di usus
  • Makan makanan kaya serat agar sistem pencernaan tetap sehat
  • Mengajak balita untuk tetap aktif secara fisik dengan bermain bersama
  • Memiliki jadwal makan yang teratur
  • Mengajarkan Si Kecil pentingnya menuruti panggilan alam dengan sabar

Singkat kata, seberapa sering balita BAB tergantung pada kebiasaannya. Namun, Ibu harus waspada jika frekuensinya dan teksur feses Si Kecil tidak seperti biasanya dan disertai oleh tanda-tanda penyakit.

Ayo jadi bagian dari Golden Start Club by Enfa A+ dan dapatkan berbagai informasi penting seputar tumbuh kembang anak. Segera daftar dan dapatkan informasi selengkapnya melalui tautan ini

Referensi: