Seperti kebanyakan orangtua, Ibu tentu memperhatikan asupan makanan si kecil untuk memastikan apakah ia mendapatkan nutrisi yang cukup setiap hari. Tapi apakah Ibu juga memperhatikan keaktifan si kecil? Sama seperti halnya dengan pola makan, tidak ada istilah terlalu dini untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat pada si kecil.

Banyak organisasi kesehatan yang menyarankan agar orangtua memastikan anak-anak mereka beraktivitas fisik setiap hari, mulai pada masa bayi. Pada saat anak-anak mencapai usia pra sekolah (3 sampai 5 tahun), National Association for Sport and Physical Education merekomendasikan setidaknya mereka melakukan120 menit aktivitas fisik harian 60 menit terstruktur dan sekitar 60 menit bebas. Faktanya, 139 studi yang melibatkan 10.316 anak-anak dari 9 negara menemukan bahwa 46 persen dari anak-anak pra sekolah tidak melakukan bahkan setengah dari waktu yang disarankan tersebut.

Manfaat Kebugaran
Aktivitas fisik sangat baik untuk kesehatan si kecil. Hal ini memperkuat otot dan tulang serta membantu tidurnya. Tapi tahukah Ibu jika aktivitas fisik juga bermanfaat untuk perkembangan kognitifnya?

Sebuah studi pada tahun 2010 yang dimuat dalam jurnal Brain Research menemukan bahwa anak berusia 9 dan 10 tahun dengan tingkat kebugaran lebih tinggi, memiliki hippocampi area otak yang berhubungan dengan ingatan jangka panjang (kemampuan untuk belajar dan mengingat hubungan antara hal yang tidak terkait)  yang lebih besar dan dapat melakukan tugas-tugas kognitif, khususnya yang berhubungan dengan ingatan, dengan lebih baik. Tentunya, semakin cepat Ibu mengajak si kecil untuk melakukan aktivitas kebugaran, meski aktivitas yang sederhana sekalipun, maka akan pengaruhnya pada si kecil juga akan semakin baik.

Sebuah studi pada tahun 2009 yang dimuat dalam Developmental Review, menyimpulkan bahwa anak-anak dengan fisik yang sehat, dapat melakukan tugas-tugas kognitif lebih cepat daripada anak-anak yang keadaan fisiknya kurang bugar. Ini menunjukkan manfaat yang terkait dari jenis olahraga tertentu. Misalnya, anak-anak yang mengikuti program aerobik meraih skor lebih baik pada tes executive function (EF) kemampuan untuk membuat keputusan, mengatur, merencanakan, dan mengikuti petunjuk daripada mereka yang mengikuti kelas pendidikan jasmani standar.

Beberapa penelitian memastikan tentang penemuan tersebut dan membuat para peneliti memikirkan kembali bahwa ada beberapa hal lain yang terlibat: Seperti dalam olahraga aerobik, yang juga membutuhkan strategi, adaptif, dan terarah pada tujuan, sama seperti saat mereka melakukan EF. Kemudian gerakan dan keterampilan lebih kompleks, yang didukung oleh sirkuit saraf prefrontal yang juga mendukung EF. Selain itu, aerobik terbukti dapat berpengaruh pada perubahan fisiologis pada otak, tidak hanya respon neurokimia secara langsung, tetapi juga untuk olahraga yang teratur lainnya, perubahan struktural pada bagian-bagian otak yang berhubungan dengan pembelajaran.

Olahraga juga memberikan pengaruh pada keterampilan motorik anak-anak. Sebuah studi pada tahun 2012 oleh Perceptive Motor Skills pada lebih dari 400 anak berusia 3 sampai 5 tahun selama 20 bulan, menemukan bahwa mereka yang terlibat dalam sesi mingguan pendidikan jasmani selama 45 menit dan sesi harian setidaknya 20 menit, mempunyai koordinasi fisik yang lebih baik, fisik bugar, dan lebih tangkas dibandingkan mereka yang hanya mengikuti sesi mingguan pendidikan jasmani selama 45 menit. Disamping itu, banyak penelitian mengungkapkan bahwa anak-anak yang rutin berolahraga memiliki IQ lebih tinggi daripada teman sekelas mereka yang kurang aktif.

Memulai Awal itu Masuk Akal
Tidak ada kata ‘terlalu cepat’ untuk memperkenalkan aktivitas fisik pada anak-anak. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa gkorelasi antara aktivitas fisik dan kognisi telah dimulai pada awal masa bayi, dan seiring berjalannya waktu, perkembangan masing-masing aktivitas akan mendorong perkembangan kemampuan lainnya. Perkembangan awal gerakan motorik kasar bersamaan dengan perhatian dasar, dan kemudian, merangkak serta berjalan terhubung dengan cara pikir adaptif dan fleksibel.

Tahun-tahun pra sekolah adalah waktu ideal untuk membangun kebiasaan berolahraga karena ketika transisi anak ke usia sekolah, anak-anak cenderung memiliki pola makan dan olahraga yang tidak sesuai dengan yang direkomendasikan para ahli, sehingga dapat menyebabkan obesitas. Menurut sebuah studi pada tahun 2009 yang dimuat dalam Journal of Nutrition, Education and Behavior, orang tua yang mempunyai anak berusia 2 sampai 5 tahun percaya bahwa anak-anak mereka memiliki kebiasaan makan yang baik dan aktif secara fisik, namun seiring perkembangan mereka, para orang tua merasa bahwa anak-anak hanya sedikit makan makanan dan menjadi kurang aktif.

Ibu tidak perlu menerapkan aturan wajib agar si kecil meloncat-loncat dan push-up setiap hari, dan tentunya tidak perlu juga mewajibkan mereka untuk berlari di treadmill. Tapi dengan mendorong mereka untuk aktif selama 60 sampai 120 menit setiap hari menjauhkan mereka dari video game, komputer, tablet, atau layar televisi merupakan cara yang baik untuk membantu mereka memahami pentingnya olahraga dan menyadari bahwa Ibu percaya hal ini merupakan prioritas mereka.