Tingkah laku si Kecil terkadang tidak bisa disangka-sangka ya, Bu. Beberapa hal yang ia lakukan bahkan sifatnya sangat agresif, dan mungkin bisa membuat kita repot.

Tantrum, berteriak, menggigit, memukul, adalah beberapa contohnya. Tapi jangan khawatir, hal ini sangat normal pada perkembangan usia balita.

Meski begitu, bukan berarti kita membiarkan si Kecil hingga tenang dengan sendirinya. Sebagai Ibu, kita harus tetap mengarahkannya agar tindakan agresif tersebut tak menjadi kebiasaan si Kecil.

Apakah Ibu memiliki pertanyaan tentang perilaku agresif si Kecil? Bergabunglah dengan Enfa Club A + untuk mendapatkan lebih banyak tips dan saran untuk mendukung perkembangan dirinya.

Tapi, bagaimana caranya?

Berbeda tindakan, berbeda pula cara menanganinya. Simak selengkapnya di artikel berikut ini, ya!

1. Berteriak, memukul, dan menggigit

 

Umumnya, si Kecil menampakkan tindakan agresif ini saat kondisinya sedang marah. Agar tak menjadi kebiasaan, Ibu wajib menunjukkan pada si Kecil bahwa caranya untuk mengekspresikan kemarahan adalah cara yang salah, dan menunjukkan bahwa ada cara lain untuk mengungkapkan ekspresi tersebut.

Bagaimana cara mengatasinya?

  • Tetap tenang. Jangan sampai Ibu ikut menuangkan emosi dengan cara yang sama. Tunjukkan pada si Kecil, Ibu bisa mengendalikan emosi dengan tenang dan baik.
  • Tanggapi. Jangan biarkan berlarut-larut saat si Kecil marah secara agresif. Tanggapi segera dan tenangkan ia.
  • Bantu si Kecil mengenali perasaannya. Misalnya dengan menasihatinya bahwa ada banyak respon yang baik untuk mengungkapkan ketidaksukaan dibandingkan berteriak atau memukul.
  • Jelaskan tentang konsekuensi yang logis. Misalnya, memberikan pandangan kepada si Kecil apabila ia berada di posisi orang yang dipukul atau digigit.
  • Berikan contoh yang baik pada setiap perilaku sehari-hari, serta berikan pujian apabila si Kecil melakukan perubahan yang baik.

2. Mengganggu aktivitas secara berlebihan

 

Si Kecil yang aktif mungkin seringkali mengganggu waktu Ibu saat berbicara dengan teman, melakukan aktivitas di rumah, bahkan saat memasak.

Si Kecil bisa tiba-tiba menjadi aktif mengacak-acak apa yang bisa disentuhnya, atau bahkan tidak membiarkan Ibu fokus menyelesaikan aktivitas yang sedang Ibu kerjakan.

Bagaimana cara mengatasinya?

  • Ajarkan si Kecil tentang perilaku menghargai orang lain. Ibu bisa memberikannya pemahaman melalui buku ataupun video edukatif.
  • Minta bantuan Ayah. Ayah juga punya peran yang sama dalam mengarahkan si Kecil agar tak selamanya bertindak agresif. Saat si Kecil mulai mengganggu aktivitas Ibu, minta Ayah untuk segera mengajaknya bermain.
  • Hindari mencontohkannya di depan si Kecil. Jika Ibu masih sering memotong pembicaraan atau melakukan hal yang bisa menghilangkan fokus seseorang di depan si Kecil, segera hindari dan berikan contoh yang baik.
  • Latih si Kecil untuk tetap berpartisipasi tanpa harus mengganggu dan merugikan orang lain. Ibu bisa tetap membiarkan si Kecil main di sekitar Ibu agar ia tak kecil hati, namun tetap arahkan agar apa yang dilakukannya tidak mengganggu siapapun yang ada di sekelilingnya.

3. Berbohong

 

Meskipun kebohongan yang si Kecil lakukan tidak fatal, Ibu perlu mengambil sikap agar hal ini tak menjadi kebiasaan olehnya. Terlebih lagi jika kebohongan yang dilakukan si Kecil dalam konteks candaan, sebaiknya Ibu tetap memberikannya pemahaman bahwa berbohong adalah salah satu sikap buruk yang wajib dijauhi.

Bagaimana cara mengatasinya?

  • Bantu ia mengungkapkan kebenaran. Jangan terburu-buru untuk marah dan menyalahkannya. Berikan apresiasi apabila si Kecil telah menyampaikan kejujuran.
  • Jangan terbiasa menuduhnya. Menuduh si Kecil tentu akan membuatnya menjadi merasa tidak dipercaya dan ia akan semakin mengambil kesempatan untuk berbohong, sebab ia merasa kejujuran tak membuahkan hasil apa-apa baginya.
  • Hindari aturan berlebihan yang membatasi anak mengeksplorasi diri. Peraturan terlalu ketat yang membebani si Kecil akan membuatnya berbohong demi menghindari kekecewaan Ibu.
  • Bangun kepercayaan yang kuat, salah satunya dengan sering bercerita satu sama lain, me time bersama-sama, serta membangun komunikasi yang hangat setiap harinya.

4. Menjambak rambut

 

Salah satu ekspresi kemarahan yang disampaikan si Kecil adalah menjambak rambut orang yang ia rasa telah mengganggunya. Tentu saja perilaku ini sangat tidak terpuji. Segera lakukan tindakan ini agar si Kecil tidak terbiasa melakukannya.

Bagaimana cara mengatasinya?

  • Hentikan segera. Jika Ibu melihat si Kecil menjambak rambut teman yang merebut mainannya, segera lerai dan berikan pengertian atas konsekuensi perilaku yang ia lakukan.
  • Ajak ia berbicara tentang tindakan tersebut. Misalnya, dengan mengajaknya berdiskusi menganalisa "Siapa yang salah?", "Mengapa menjambak itu merupakan perilaku yang salah?", "Mengapa tindakan agresif justru menjadikan si Kecil menjadi yang bersalah?", dan lain-lain.
  • Memberikan pemahaman pada si Kecil bahwa kita tidak akan menjadi beruntung dengan menyakiti orang lain.
  • Jangan pernah menjambaknya. Memberikan pemahaman pada si Kecil melalui kekerasan, justru dapat membuatnya merasa bahwa apa yang ia lakukan itu normal.

5. Berlari-lari

 

Mungkin Ibu cukup khawatir akan keamanan si Kecil saat "melarikan diri" dari tempat di mana seharusnya ia bisa duduk tenang. Selain itu, rasa khawatir juga muncul pada sikap si Kecil yang bisa mengganggu ketenangan dan kenyamanan di sekeliling kita.

Bagaimana cara mengatasinya?

  • Tetap dekat dengan si Kecil. Jika Ibu berada di ruang terbuka, pastikan Ibu selalu dekat dengannya. Hal ini juga untuk mengantisipasi si Kecil hilang saat berada di keramaian.
  • Tunjukkan pada si Kecil di mana ia bisa bermain. Misalnya saat di taman atau playground. Tetap berikan batasan-batasan pada si Kecil misalnya tidak berlari terlalu jauh, tidak bermain di semak-semak atau dekat kolam, dan sebagainya.
  • Libatkan si Kecil dalam aktivitas Ibu. Usia balita memang sangat aktif, dan ia sangat senang apabila Ibu libatkan untuk membantu. Misalnya, mendorong keranjang belanjaan kecil, mengambil barang yang akan Ibu beli di rak display, dan lain-lain. Jika dilibatkan, si Kecil akan fokus terhadap tugas-tugas yang ia anggap menyenangkan.
  • Hibur si Kecil. Ibu bisa mengalihkan perhatian si Kecil dengan mainan kesukaannya, atau suasana baru yang Ibu temukan di tempat Ibu berada.
  • Gunakan gendongan atau stroller. Pastikan Ibu tetap membuatnya nyaman tanpa harus berlari-larian.

6. Berteriak

 

Lengkingan suara si Kecil mungkin akan mengganggu orang-orang di sekeliling Ibu. Terlebih lagi jika disertai tangisan yang kencang. Hal ini biasa ditunjukkan si Kecil saat ia merengek dan merasa tidak didengarkan.

Bagaimana cara mengatasinya?

  • Tetap tenang. Berikan pemahaman kepadanya bahwa tindakan tersebut dapat mengganggu kenyamanan orang lain.
  • Bantu si Kecil mengungkapkan kekecewaannya. Akui perasaan si Kecil yang mungkin kecewa karena tidak mendapatkan perhatian Ibu. Ajak ia berbicara untuk bersama-sama mencari titik tengah solusinya.
  • Jangan mengeluarkan nada tinggi. Biarkan si Kecil mengekspresikan kekecewaannya, sementara Ibu tetap mengatur nada suara tetap rendah demi memberikan contoh yang baik.
  • Buat ia sibuk dan libatkan ia. Misalnya, saat melakukan aktivitas tertentu, ajak si Kecil bercerita, atau membantu Ibu mengambilkan sesuatu barang.

7. Mengadu

 

Sejatinya, si Kecil yang melakukan hal ini adalah tanda ia sedang mencari perhatian, lho. Pada beberapa hal mungkin mengadu bisa menjadi langkah positif bagi tumbuh kembang si Kecil, karena artinya si Kecil bisa memahami mana yang benar dan mana yang salah.

Namun, sebaiknya Ibu tetap mengarahkan si Kecil bahwa tak semuanya harus diadukan. Beberapa hal bahkan bisa diselesaikan oleh dirinya sendiri, atau justru akan membuat si Kecil menjadi pribadi yang manja dan cengeng.

Bagaimana cara mengatasinya?

  • Lihat situasinya. Jangan selalu membela si Kecil. Tetap lihat segala hal dalam sudut pandang yang objektif demi tumbuh kembang perilaku si Kecil yang baik.
  • Selalu ada untuk si Kecil, namun tetap bersikap adil. Tetap memberikan hukuman jika si Kecil salah, tetap berikan pujian apabila si Kecil benar.
  • Fokus pada tumbuh kembang si Kecil. Apabila lawan main si Kecil bersalah, bukan menjadi tugas Ibu untuk menyalahkannya di depan si Kecil. Hal ini justru dapat membuat si Kecil menjadi pengadu dan tidak disiplin.
  • Bantu si Kecil untuk bertanggung jawab pada apa yang dialaminya. Misalnya, ketika ia mengadu pada Ibu tentang perilaku temannya, berikan ia gagasan bagaimana untuk menyelesaikan urusan tersebut sendiri.
  • Tetap dengarkan. Salah satu faktor si Kecil mengadu ialah ingin mendapatkan perhatian Ibu. Berikan ia pemahaman untuk tetap berperilaku baik sesuai dengan nilai yang ada.

8. Mengejek

 

Saat si Kecil mulai berinteraksi secara sosial, mungkin si Kecil akan mengenal cara mengejek orang lain baik secara fisik maupun psikis.

Bagaimana cara mengatasinya?

  • Ceritakan bagaimana rasa sakit bisa muncul karena ejekan. Dengan begitu, si Kecil akan berpikir ulang terlebih dahulu sebelum mengejek orang lain.
  • Berikan pemahaman bahwa kita tidak bisa mengendalikan perilaku orang lain, namun kita bisa mengendalikan diri kita sendiri. Jadi, arahkan si Kecil tetap memberikan reaksi positif saat berada di tengah-tengah lingkungan yang mengejek atau diejek.
  • Bantu si Kecil untuk tidak memikirkan ejekan atau ajakan mengejek. Arahkan si Kecil tetap fokus pada permainannya, rasa senangnya, atau penghargaan dari Ibu atas perilaku baik yang ia kerjakan.
  • Jangan mengejek si Kecil, meskipun dalam konteks candaan. Hal ini justru akan membuat si Kecil merasa bahwa mengejek adalah hal yang normal.
  • Bangun kepercayaan dirinya dengan cara membantu sesama. Ingat pepatah "We Rise By Lifting Others"? Ibu bisa menanamkannya pada si Kecil. Alih-alih mengejek, si Kecil justru akan berperilaku baik pada siapapun yang ada di sekitarnya.

9. Melempar barang sembarangan

 

Jika menjadi kebiasaan, perilaku ini tentu membuat si Kecil terlihat tidak sopan. Apalagi, jika barang yang dilemparnya begitu berharga bagi orang yang memberinya.

Bagaimana cara mengatasinya?

  • Tunjukkan padanya apa yang boleh dan tidak boleh dilempar. Bola, permainan, dan sejenisnya mungkin bisa saja dilempar oleh si Kecil. Namun, tentu tidak berlaku pada makanan, kado pemberian orang, ataupun suatu barang yang akan diberikan untuk Ibu.
  • Berikan pemahaman bahwa melempar barang tidak apa-apa asalkan barang dilempar di tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat.
  • Jika lemparan si Kecil berisiko menyakiti orang lain, katakan bahwa hal tersebut tidak baik dan berisiko merugikan orang lain.
  • Berikan contoh yang baik tentang cara menerima dan memberikan barang kepada orang lain.

10. Merengek

 

Merengek dilakukan si Kecil untuk mendapatkan apa yang ia inginkan dengan berharap ada yang memperhatikannya. Alih-alih apa yang diinginkan tersampaikan dengan baik, merengek justru bisa membuat si Kecil frustasi dengan mengeluarkan tangisan dan teriakan yang sangat tinggi.

Faktanya, semakin Ibu menuruti apa yang ia inginkan dengan cara merengek, maka si Kecil akan menganggapnya sebagai cara yang efektif untuk berkomunikasi.

Bagaimana cara mengatasinya?

  • Latih si Kecil mengutarakan dengan baik apa yang ia inginkan.
  • Jelaskan perbedaan cara meminta sesuatu yang baik dan tidak baik, seperti meminta dengan santun yang tentu jauh berbeda dengan merengek. Ibu juga bisa melakukannya dengan membacakan buku cerita edukatif, atau memeragakannya melalui boneka kesayangan si Kecil.
  • Rekam momen saat si Kecil sedang merengek, dan putar kembali saat si Kecil sedang dalam suasana hati yang baik. Berikan pemahaman bahwa merengek adalah hal yang tidak menyenangkan untuk dilakukan pada siapapun.
  • Akui bahwa si Kecil membutuhkan perhatian Ibu. Berikan perhatian lebih hangat untuk si Kecil, khususnya saat menawarkan sesuatu.
  • Kapanpun si Kecil meminta sesuatu dengan cara yang baik, segeralah merespon dan jangan menundanya.

Mengarahkan tindakan agresif yang dilakukan si Kecil memang susah-susah gampang. Namun, Ibu bisa mengantisipasinya dengan beberapa cara di atas.

Jangan batasi si Kecil untuk mengeksplorasi dirinya. Bantu ia tumbuh aktif, cerdas, dan cepat tanggap dengan arahan yang Ibu berikan bersama Enfagrow A+ 3.

Diperkaya dengan kandungan omega 3 dan omega 6 tertinggi, susu formula pilihan para Ibu ini akan mengoptimalkan kecerdasan si Kecil baik secara kognitif maupun motorik.

Klik di sini untuk merasakan manfaat dari setiap tetesnya. Selamat mencoba!