Orang tua biasanya senang saat tahu si Kecil bisa menyebut angka, huruf dan bahkan berhitung secara berurutan. Namun, apakah si Kecil mendapat apresiasi yang sama ketika ia mau berbagi mainannya atau menunjukkan rasa empatinya terhadap sesama? Inilah saat yang tepat untuk mengasah lebih tajam kecerdasan EQ si Kecil karena proses latihan ini akan diingat sepanjang kehidupan si Kecil hingga dewasa nanti.

IQ atau EQ?

Sering menjadi perdebatan tentang mana yang lebih penting antara IQ dan IQ, semenjak EQ (emotional intelligence) popular di tahun 1995 hingga sekarang.

IQ (Intelligence Quotient) adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah dan mudah dalam penalaran. Saat si Kecil mendapatkan nilai bagus di sekolah, berarti ia cenderung memiliki IQ tinggi dan diyakini akan sukses di masa depan.

Menurut penelitian dari seorang ekonom, James Heckman, pendapatan yang tinggi tidak terkait dengan IQ. Ia juga mengatakan kepribadian seseorang yang lebih penting – ketekunan dan disiplin diri.

Sedangkan EQ atau kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk memahami perasaannya sendiri maupun perasaan orang lain, berinteraksi dengan orang lain dan hingga mendapatkan teman baru.

Pentingnya EQ untuk si Kecil

EQ diperlukan untuk si Kecil bisa bertahan dan berkembang. Kecerdasan emosional pada anak dibutuhkan setiap hari, hampir setiap saat dari si Kecil bangun tidur hingga kembali tidur. Memiliki EQ yang tinggi penting karena si Kecil akan belajar bagaimana menangani perasaan "besar"nya, tidak hanya belajar bagaimana memecahkan masalahnya, tetapi juga memahami diri sendiri dengan lebih baik. EQ juga dapat mengembangkan kepercayaan diri si Kecil karena ia belajar untuk lebih mandiri — mengandalkan diri sendiri, bukan pada orang dewasa, untuk menangani perjuangan sehari-hari.

Bagaimana mengembangkan EQ si Kecil?

1. Hindari mengabaikan perasaan si Kecil

Mengabaikan perasaan si Kecil atau menganggap sepele sebaiknya dihindari. Ibu dan Ayah justru perlu memahami dan mengakui perasaan si Kecil.

2. Fokus pada proses, bukan solusi atau hasil

Perbanyak menjadi pendengar saat si Kecil mengungkapkan atau mengekspresikan perasaannya. Ketika ada masalah, hindari terburu-buru memberikan solusi dan jangan mempercepat waktu saat Ia sedang berbicara.

3. Atasi konflik dengan empati

Ajak si Kecil bicara dan membayangkan bagaimana bila ia berada di posisi orang lain. Hal tersebut bisa memudahkan si Kecil memahami perasaan orang lain, sehingga ia juga akan tahu tentang tindakannya menyakiti orang lain atau tidak.

4. Kenalkan upaya pantang menyerah

Biasakan si Kecil memandang setiap masalah menjadi hal yang mudah diatasi sehingga ketika ia menemukan kegagalan, ia tidak akan ragu untuk mencoba kembali. Seperti membiarkan si Kecil mengerjakan tugas sekolahnya sampai selesai, membiarkan saat si Kecil merasakan emosi negatif sampai selesai dan tidak terpendam hingga ia mudah untuk bengkit kembali.

5. Ingatkan si Kecil untuk lebih bertanggung jawab

Biasanya si Kecil mudah terganggu perhatiannya saat ada mainan baru atau hal lainnya, padahal ia sedang mengerjakan sesuatu. Biasakan si Kecil untuk ingat dan sadar penuh apa yang sedang ia kerjakan untuk diselesaikan terlebih dahulu sebelum berpindah pada kegiatan berikutnya. Ingatkan juga si Kecil untuk berpikir sebelum bertindak. Memberikan pilihan-pilihan yang bisa ia pertimbangkan lebih baik daripada menyuruh secara satu arah.

6. Ajarkan berbagi dan mengetahui batasan

Berbagi adalah hal yang baik, menanamkan jiwa dermawan pada si Kecil. Namun, Ibu juga perlu mengajarkan si Kecil untuk menetapkan batasan dan jujur terhadap diri sendiri. Hindari memaksa si Kecil untuk berbagi ketika ia memang tidak mau. Dengan mengetahui batasan dapat mengajarkan si Kecil mencintai dirinya sendiri.

7. Bersyukur

Biasakan sebelum tidur untuk si Kecil mengatakan apa saja yang membuatnya bahagia hari ini. Hal itu akan mengajarkan si Kecil untuk fokus pada hal-hal baik yang ternyata banyak ia dapatkan di hari itu dibanding hal tidak menyenangkan yang ia alami.

Orang tua dianggap sebagai guru pertama bagi si Kecil. Bagaimanapun juga, si Kecil akan memandang Ibu dan Ayah sebagai role model, meniru apa yang dilakukan dan dikatakan. Ketika Ibu dan Ayah memiliki EQ yang tinggi – berbagi apa yang dimiliki, berbicara dan memperlakukan orang-orang di sekitar dengan rasa hormat dan kebaikan, secara aktif mendengarkan dan memahami si Kecil, berarti Ibu dan Ayah telah menjadi model yang luar biasa bagi si Kecil.

Tidak pernah terlalu dini untuk mengembangkan EQ si Kecil. Yuk, mulai sekarang dan lihat seberapa banyak si Kecil akan berkembang dalam hidup. Bantu juga untuk lengkapi nutrisinya dengan Enfagrow A+ MFGM Pro dengan DHA lebih tinggi* (35 mg per saji), untuk perkembangan IQ dan EQ si kecil didukung dengan stimulasi yang tepat. Bantu penuhi nutrisinya dengan 3 gelas Enfagrow MFGM Pro setiap hari. Yuk Bu, bantu kembangakan kecerdasan akademis dan emosional si Kecil.

*dibandingkan dengan produk Mead Johnson sejenis

 

Sumber: