Selamat Ibu, si Kecil sekarang sudah mengetahui ABC dan 123! Pasti bangga sekali melihat perkembangannya yang cepat. Tandanya Ibu juga berhasil mengajarkan si Kecil. Selain kemampuannya dalam membaca dan berhitung, ada satu aspek yang kadang lupa diperhatikan, padahal menjadi salah satu faktor kesuksesan si Kecil di masa depan.

Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient) atau “EQ” menurut J. Mayer dan P. Salovey dalam bukunya Emotional Development and Emotional Intelligence adalah kemampuan untuk merasakan emosi, mengidentifikasi dan membangkitkan emosi sehingga membantu berpikir dan mengaturnya secara reflektif.

Sederhananya, EQ adalah kemampuan untuk memahami emosi diri sendiri serta emosi orang lain dan bereaksi dengan tepat terhadapnya. Ini termasuk kemampuan seseorang untuk menangani konflik, bernegosiasi, dan berkomunikasi.

Dalam buku larisnya, Emotional Intelligence: Why it can matter more than IQ, psikolog Daniel Goleman menunjukkan bahwa IQ yang lebih tinggi tidak secara otomatis menjamin kesuksesan seseorang. EQ adalah apa yang menentukan peluang seseorang untuk naik tingkat di tempat kerja di mana IQ dan pengetahuan teknis juga dipertimbangkan.

Kemampuan seseorang untuk berhubungan baik dengan orang lain, mengelola kesalahpahaman, memimpin dengan empati, menangani negosiasi dan memecahkan masalah secara kolaboratif dapat menentukan keberhasilannya di sekolah dan di tempat kerja.

Mengembangkan EQ untuk persiapan masa depan si Kecil

Mengasah keterampilan sosio-emosional si Kecil sejak dini dapat menentukan kemampuannya untuk membangun hubungan yang sukses dan membuatnya dikenal sebagai orang yang baik nantinya.

Sebuah studi oleh Dr. Damon Jones yang diterbitkan oleh American Public Health Association menemukan bahwa anak-anak usia TK yang menunjukkan tingkat kecerdasan emosional tertentu, seperti mampu berbagi, menyelesaikan konflik, mendengarkan, mengekspresikan emosinya dan memahami orang lain, lebih mungkin lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan pada usia 25 tahun.

Membantu si Kecil memelihara kemampuannya untuk berhubungan baik dengan orang lain dan memahami bagaimana perasaannya serta bagaimana perasaan orang lain dapat menunjukkan kesuksesan di masa depan.

Karena Ibu dan Ayah selalu yakin bahwa mengembangkan IQ si Kecil adalah penting, Ibu dan Ayah juga harus menyadari bahwa untuk mempersiapkan seseorang yang berharga di masa depan, penting juga untuk mengembangkan EQ-nya, sehingga perkembangannya berjalan seimbang dan baik.

Apa perbedaan dalam membesarkan si Kecil yang cerdas secara emosional?

Ketika melihat si Kecil menangis di saat Ibu sedang sibuk, Ibu pasti dengan cepat berusaha mendiamkan si Kecil. Karena keadaan membuat tangisan si Kecil berlalu cepat, tanpa kita perhatikan secara detail. Padahal momen luapan emosi si Kecil ini bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan EQ-nya.

Mengembangkan EQ si Kecil dimulai saat emosinya memuncak dan si Kecil masih belum tahu bagaimana mengatasinya. Dr John Gottman et. al dalam buku Raising an Emotionally Intelligent Child; The Heart of Parenting menuliskan langkah-langkah untuk membantu orang tua mengatasi ledakan emosi si Kecil, yaitu mengajari si Kecil paham emosinya sendiri dahulu, apakah sedih, marah atau senang baru setelahnya mengembangkan EQ.

Dr Gottman menyarankan tips berikut untuk orang tua tentang kecerdasan emosional:

  1. Menyadari emosi si Kecil
  2. Mengenali emosi sebagai kesempatan untuk keintiman dan pengajaran
  3. Mendengarkan dengan empati, memvalidasi perasaan a si Kecil
  4. Bantu si Kecil menemukan kata-kata untuk mengidentifikasi bagaimana perasaannya
  5. Tetapkan batasan sambil mengeksplorasi solusi untuk masalah yang dihadapi

Artinya, setiap kali si Kecil menunjukkan emosinya, Ibu dan Ayah harus mendengarkan dan memperhatikan perasaannya. Ketahuilah bahwa Ia mungkin terlalu muda untuk memahami perasaannya dan itulah sebabnya Ia membutuhkan bimbingan Ibu dan Ayah untuk memprosesnya.

Misalnya, katakan pada si Kecil bahwa marah itu normal dan biarkan Ia mengalami emosi ini daripada menekannya atau menghukumnya karena menangis atau menganggap kemarahannya sebagai sesuatu yang kecil atau sepele. Tetap bersamanya saat Ia menangis.

Pada awalnya Ibu dan Ayah mungkin akan mengenali emosi negatif si Kecil dan berempati dengannya, tetapi jangan lupa untuk membimbing si Kecil dengan apa yang harus dilakukan terhadap emosi negatifnya. Tunjukkan pada si Kecil langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengakuinya, lalu melanjutkan.

Mempraktikkan ini di rumah memungkinkan si Kecil untuk memahami perasaannya, mengendalikan emosinya dan juga menyadari emosi orang lain yang merupakan awal dari perkembangan EQ. Yuk, bantu lengkapi kebutuhan nutrisi si kecil dengan Enfagrow A+ MFGM Pro  yang mengandung DHA lebih tinggi* 35mg per saji untuk dukung kecerdasan IQ dan EQ si Kecil secara seimbang, dibantu dengan stimulasi yang tepat.

*dibandingkan dengan produk Mead Johnson sejenis.

 

Sumber: