Apakah makanan yang disukai dan tidak disukai itu menurun dalam keluarga?

Memilih makanan yang disukai bisa berasal dari bawaan dan juga lingkungan. Genetika menentukan selera si kecil dan mempengaruhi bagaimana ia merasakan rasa yang berbeda dan memilih makanan kesukaanya. Misalnya, beberapa bayi dilahirkan dengan gen yang membuat mereka sangat sensitif terhadap kepahitan atau sangat tertarik pada rasa manis.

Namun, pola asuh dapat mengalahkan apa yang sudah terbentuk oleh DNA. Dimulai ketika dalam kandungan (pada awal trimester ketiga, ketika reseptor rasa dan penciumannya menyampaikan informasi ke sistem saraf pusatnya), si kecil  bisa merasakan rasa dari makanan yang Ibu makan melalui cairan ketuban. Dalam sebuah studi, peneliti menemukan bahwa si kecil yang Ibunya mengonsumsi banyak bawang putih atau makanan berbumbu selama masa kehamilan, akan lebih tertarik pada berbagai aroma makanan saat mereka lahir.

Penelitian juga menunjukkan bahwa semakin banyak rasa yang dikenalkan pada si kecil, akan semakin besar pula reaksi positifnya terhadap makanan baru ketika Ibu mulai memperkenalkan makanan padat padanya. Bahkan makanan yang bukan bagian dari makanan yang Ibu konsumsi sehari-hari. Begitu juga, apa yang Ibu makan setelah melahirkan akan mempengaruhi rasa ASI  dan mempengaruhi pengenalan si kecil terhadap rasa sejak dini. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics menemukan bahwa bayi yang minum ASI dari Ibu yang sering mengonsumsi makanan tertentu, seperti sayuran misalnya, akan lebih mudah untuk menerima jenis makanan yang sama selama masa penyapihan dan setelahnya.

Karena pilihan makanan dan kepekaan rasa bisa berubah dari waktu ke waktu dan juga berdasarkan pada pengalaman, bayi dan balita juga akhirnya bisa menerima makanan yang awalnya selalu mereka tolak. Itulah mengapa Ibu harus tetap mengenalkan si kecil pada berbagai jenis makanan, walaupun dulu ia pernah menolaknya.

Baca Juga : Tips MPASI